PESAN UNTUK WISATAWAN DIENG 2019



Halo!

Ini pagiku 1 Juli 2019 lalu.

Tapi saya ingin sampaikan lain cerita dari kapan foto ini diambil.

Akhir-akhir ini saya lihat Wisata Dieng semakin hits saja. Banyak sekali orang datang. Memang, mereka sedang liburan. Tapi saya kira tak seperti biasanya. Plat H, plat AB, plat B baik roda empat atau roda dua wira-wiri dari segala penjuru. Oh iya, ini sedang liburan sekolah kawan!

Sebagai orang biasa saya harus turut bahagiakah dengan keramaian yang ada?

Rumahku berjarak ±10 km dari Dieng Plateu. Tepatnya berada di Jalan Raya Dieng km 11 yang jalannya lurus dan merupakan tanjakan yang dapat dilewati dengan kecepatan 100 km/jam, saya kira. Tapi sayangnya kemarin (6/7) depan rumah bisa macet, katanya sih macet sampai 4 kilometer. Kok bisa?? Tadi pagi, katanya pedagang pasar pagi ada juga yang gagal jualan, macet. Mana ada kan pedagang pasar pagi yang jualan siang hari? pelanggannya dah pergi kali. Tiada lain, tiada bukan. Halo wisatawan! Selamat berliburan!

Bolehkan orang-orang seperti aku ini merasa terganggu?

Ataukah seharusnya bahagia karena pendapatan daerah meningkat dan melihat sumringahnya ibu-ibu jualan kentang goreng laris manis?

Entahlah.

Lalu apa yang buat mereka rela menikmati macet lama di tanjakan? Demi apa?

Bun upas? Golden Sunrise? Atau telur rebus kawah?

Apapun itu, yang penting tolong jangan tinggalkan luka kepada orang sana, mereka  hanya bisa menonton wisatawan yang wira-wiri saja. Dan kemudian menikmati produksi sampah wisatawan  yang dibuang sia-sia dimana saja. Jika terus kau lakukan apakah kau sudi ke sana jika semua tercemar begitu saja?

Kasian laaa.. Orang sana sudah merugi ratusan juta karena Bun Upas melanda. Masih saja kau tambahkan luka?

Bun upas merupakan fenomena langka dimana embun pagi berubah menjadi salju-salju yang menyelimuti setiap helai dedaunan. Tentu saja ini menjadi surga bagi wisatawan dan petaka bagi petani Dieng. Bagaimana tidak? Dibalik wisatawan yang sedang berfoto ria dengan embun salju, ada petani yang menangis meratapi tanaman kentangnya yang akan mati tersiakan karena embun racun itu.




Keindahan Dieng memang membuat siapa saja terpana, terpesona memandangnya, eeaa.. saya yang sering ke sana saja tidak dapat mengatakan “aku bosan”. Dieng tetap dapat membuat saya gumun dengan keindahannya. Allah memang Maha Segala-galanya.



Tak salah jika berwisata, dimana saja, asalkan masih mengingat etika saja. –Hawa Nur Rahima


Komentar

Postingan Populer