RAGAM WISATA DI DESA WISATA SENDANGSARI



Kabupaten Wonosobo memiliki potensi wisata yang sangat beragam baik dari potensi alam maupun budaya. Maka tak heran jika banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang ke Kabupaten Wonosobo. Salah satu macam pariwisata di Kabupaten Wonosobo adalah desa wisata. Akhir-akhir ini pemerintah lebih menekankan pada pengenbangan pariwisata, terutama desa wisata. Terdapat sekitar 30 desa wisata yang ada di Kabupaten Woosobo, meskipun belum lama beberapa desa wisata sudah berkembang dengan baik.
Salah satu desa wisata di Kabupaten Wonosobo adalah Desa Wisata Sendangsari, berikut merupakan sedikit gambaran umum dari Desa Wisata Sendangsari.

1)      Gambaran Umum Desa Sendangsari


Desa Sendangsari merupakan salah satu dari lima belas desa yang ada di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Desa Wisata Sendangsari dikenal karena memiliki potensi akan tumbuh dan berkembangnya kesenian tradisional daerah. Desa diberi nama Sendangsari karena terdapat sendang yang airnya bersih dan mengalir sepanjang musim yang terletak di sebelah utara pinggiran desa yang berbatasan dengan Kelurahan Garung.

Letak Desa Sendangsari berdekatan dengan ibukota Kecamatan Garung. Desa Sendangsari memiliki 4 dusun yaitu Dusun Sendangsari, Dusun Penampelan, Dusun Kalikuning dan Dusun Gondang. Letak koordinat kantor Desa Sendangsari berada di 109°55’20”BT; 7°18’05”LS. Pusat Pemerintahan Desa hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dengan Kantor Kecamatan Garung. Secara administratif Desa Sendangsari memiliki batas di :

-          Sebelah Utara              : Kelurahan Garung

-          Sebelah Selatan           : Desa Gemblengan dan Kecamatan Mojotengah

-          Sebelah Barat              : Desa Sitiharjo

-          Sebelah Timur             : Desa Kayugiyang

Desa Sendangsari memiliki luas sebesar 287,67 Ha yang terdiri dari:

-          Tanah Sawah               : 174, 25 Ha

-          Tanah Tegalan             : 87, 53 Ha

-          Tanah Pekarangan       : 25, 89 Ha



Desa Sendangsari memiliki beragam keadaan topografis, secara umum desa ini memiliki topografi miring karena berada di kaki Gunung Sindoro. Wilayah sebelah barat Desa Sendangsari yang berbatasan dengan Desa Sitiharjo memiliki kemudahan dalam mengakses mata air dan dipergunakan untuk lahan persawahan sepanjang musim, sementara yang bersebelahan dengan desa Kayugiyang di wilayah timur tanahnya berbukit dan hanya untuk lahan perladangan.

Pada umumnya, iklim Desa Sendangsari memiliki kesamaan dengan iklim Kabupaten Wonosobo maupun daerah tropis lainnya yaitu musim kemarau dan penghujan. Saat musim kemarau terkadang di Desa Sendangsari masih didapati hujan turun sehingga tidak pernah kekurangan akan kebutuhan air. Suhu udara di siang hari berkisar antara 200 C sampai dengan 250 C dan malam hari antara 160 C sampai dengan 180 C.



2)      Sejarah Desa Wisata Sendangsari


Desa Sendangsari merupakan sebuah desa yang mempunyai sisi historis yang kental, hal ini dapat diketahui dari sisi sejarah berdirinya maupun mitos-mitos yang masih ada dibenak warga sampai saat ini. Merunut masalah pemukiman, pada awalnya pemukiman terletak di daerah Gomblangan yang saat ini berada di sebelah timur Desa Sendangsari. Dahulu Desa Sendangsari disebut sebagai “Wiladabanyu”, yang berasal dari nama pendiri desa yaitu Eyang Waridin.

Pada waktu itu, Eyang Waridin menemukan mata air atau tuk (Banyu dalam Bahasa Jawa) di daerah bagian selatan Desa. Disekitar mata air tersebut terdapat tanaman Wilada yang berbentuk seperti tanaman awar-awar (sejenis pohon beringin) yang berwarna sedikit kemerah-merahan. Berdasarkan kisah tersebut sehingga Desa Sendangsari pada awalnya disebut Wiladabanyu yang memiliki arti sebagai sebuah tempat yang kaya akan air. Desa Sendangsari selain memiliki potensi air yang banyak juga memiliki potensi lainnya meliputi potensi budaya, potensi alam (pemandangan), dan potensi sumber daya manusia.

Dengan potensi yang ada Desa Sendangsari dijadikan sebagai desa wisata pada pada tahun 2003 lalu diresmikan oleh Dinas Pariwisata pada tahun 2008 bersamaan dengan KKN UGM. Desa wisata Sendangsari bernama “Dewisri” yang merupakan singkatan dari “Desa Wisata Sendangsari”. Desa Wisata Sendangsari merupakan desa wisata yang berdiri sendiri yang berawal dari masyarakat. Oleh Masyarakat dan untuk masyarakat bedasar semangat gotong royong membangun sebuah desa serta komitmen bersama dan banyaknya potensi yang ada di daerah tersebut. Untuk melestarikan dan mengembangkan potensi yang ada, maka dari itu memunculkan sebuah gagasan sebuah ide untuk membetuk sebuah desa wisata.

Pada waktu itu di Desa Sendangsari terdapat 14 kelompok kesenian yang tidak hanya untuk pentas kesenian saja, akan tetapi merupakan sebuah organisasi yang setiap kelompoknya beranggotakan 20-25 orang. Kelompok kesenian tersebut diantaranya Barongsai, Liongsai, Lengger, Kuda Kepang, Wayang Kulit, Sholawat Jawa, dan Rebana. Karena berawal dari adanya berbagai kelompok kesenian yang berkembang, maka masyarakat merintis desa wisata dan religi.  Desa Sendangsari berupa desa wisata dan religi karena merupakan kolaborasi kebudayaan dan pesantren. Terdapat 4 pondok pesantren di Desa Sendangsari. Keseimbangan terjadi antara budaya dan religi karena pemuka agama setempat tidak mempermasalahkan kolaborasi tersebut sehingga tidak menjadi kendala dalam proses pengembangan wisata. Dengan berkomunikasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, masyarakat membentuk desa wisata. Sekarang di Kabupaten Wonosobo terdapat 30 desa wisata rintisan sedangkan dulu hanya terdapat 2 desa wisata yaitu Desa Giyanti dan Sendangsari.



3)      Visi dan Misi Desa Sendangsari


1.      Visi:

“Terwujudnya Desa Sendangsari yang Aman, Tenteram, dan Bersatu dalam Keanekaragaman”

2.      Misi:

-          Peningkatan kinerja Pemerintah Desa dalam pelayanan masyarakat.

-          Mengoptimalkan lembaga kemasyarakatan yang ada.

-          Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi demi kemajuan desa.

-          Pengembangan sektor non pertanian.

-          Menumbuhkembangkan sadar berpendidikan, hukum dan kesehatan.

-          Menjalin hubungan yang intensif dengan instansi-instansi terkait.



4)      Jenis-jenis Wisata di Desa Sendangsari


Berikut aktivitas, kegiatan maupun keunikan budaya lokal yang dikembangkan menjadi daya tarik wisata:

a.       Pertanian
Menjadikan paket wisata bertani selada air di sawah dengan belajar menanam, merawat, memanen hingga proses menjadi selada air yang segar dan dijadikan bahan masakan.

b.      Kebudayaan Lokal

·         Belajar tari lengger/tari topeng, barongsai dan liongsai bersama kelompok kesenian yang totalnya berjumlah 14 kelompok.

·         Belajar karawitan dengan memainkan gamelan bersama dengan kelompok karawitan.

·         Belajar memainkan musik angklung klasik untuk mengiringi tari lengger/topeng bersama dengan kelompok kesenian.

·         Belajar melukis topeng sesuai dengan kreasi dan inovasi sendiri yang nantinya topeng tersebut dapat dibawa pulang.

c.       Petualangan

·         Tubing, kegiatan penyusuran sungai serayu dengan menggunakan ban karet dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Saat ini desa wisata sendangsari memiliki dua jalur yang berbeda.

·         Tracking, menikmati pemandangan alam desa Sendangsari yang didominasi oleh hijaunya pertanian holtikultura dan teduhnya pohon bambu.

·         Outbound, bermain bersama di sawah selada air untuk berkotor-kotor dengan lumpur.



Berikut merupakan potensi yang ada di Desa Wisata Sendangsari dengan masing-masing daya tariknya :



a)      Potensi dan Daya Tarik Alam


a.       Kali Gondang

Adanya sumber air Kali Gondang yang indah dan sejuk yang dipercaya memiliki sisi magis. Sumber air Kali Gondang terletak di dekat dengan Balai desa Sendangsari. Di sumber air Kali Gondang tersebut kita dapat menikmati secara langsung indah dan jernihnya sumber air atau sendang kali gondang. Dikatakan bahwa konon dengan mandi atau cuci muka di sumber air tersebut kita dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kita menjadi awet muda. Ada mitos lain yang mengatakan bahwa jika kita dapat menggigit akar pohon besar yang tumbuh di dekat kali gondang selama kita menyelam di kolam tersebut, maka tubuh kita akan menjadi kebal.

b.      Bukit Katimuruh

Melihat sunset dan pemandangan desa Sendangsari dari atas Bukit Katimuruh yang masih alami. Bukit Katimuruh merupakan tempat tertinggi di Desa Sendangsari. Di atas Bukit Katimuruh kita dapat menikmati sunset dan pemandangan seluruh Desa Sendangsari. Tempat ini merupakan tempat yang dijadikan lahan pertanian, selain itu tempet ini dianggap keramat oleh warga sekitar karena adanya makam Ki Kati.



b)     Potensi dan Daya Tarik Budaya


a.       Kesenian Tari Lengger/Topeng

Tari Lengger menurut ceritanya sudah ada sejak zaman pemerintahan Prabu Brawijaya yang kemudian diadopsi oleh agama Islam untuk menyebarkan agama Islam diseluruh Nusantara. Tari ini berawal ketika Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya, Dewi Sekartaji, mengadakan sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun yang bisa menemukan sang putri. Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang putri dan jika wanita maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak ksatria ini akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun yang menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi, Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri kabur karena sang raja menjodohkannya.

 Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain. Hingga di suatu desa, Tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari persembunyiannya.

Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger. Lengger yang pada zaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri. Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali yang menggunakan pendekatan seni dan budaya dalam berdakwah, menjadikan tari Lengger sebagai media untuk mensyiarkan Islam.

Untuk menyaksikan pementasan dibutuhkan biaya Rp. 1.500.000 untuk durasi 30 menit hingga 1 jam.

b.      Kuda Kepang

Tari Kuda Kepang dibawakan beberapa orang (>5 orang) dan satu orang sebagai pemimpin (Jawa = Pelandang). Tarian Kuda Kepang memiliki ritme sedang hingga cepat dan gerakan-gerakan yang dibawakan sangat energik serta semangat. Untuk sekali pentas Kuda Kepang memerlukan biaya Rp. 750.000 dengan durasi 30 menit hingga 1 jam. Untuk belajar tari memerluka biaya Rp. 500.000/15 orang untuk pelajar dan Rp. 750.000/15 orang untuk non pelajar. Untuk belajar Gamelan memerlukan biaya Rp. 500.000/15 orang untuk pelajar dan Rp. 750.000/15 orang untuk non pelajar.

c.       Kesenian Liongsai

Kesenian Liongsai berupa tiruan naga yang dimainkan oleh 25-30 orang dan diiringi lantunan musik. Di desa wisata Sendangsari terdapat 5 kelompok kesenian Liongsai. Menurut cerita masyarakat, naga yang diperankan merupakan jelmaan dari Dewi Sri. Naga yang diusung oleh beberapa orang dimainkan sambil berbelok-belok seolah-olah mirip dengan gerakan seekor ular raksasa. Di Desa Sendangsari saat ini terdapat 5 kelompok Liongsai yang masih aktif bermain di event-event desa maupun kecamatan.

d.      Kesenian Barongsai

Barongsai dimainkan oleh dua orang yang membentuk sebuah tiruan singa dan diiringi lantunan musik yang kencang. Kesenian Barongsai merupakan seni budaya yang berasal dari negeri China dan berkembang sampai ke Desa Sendangsari. Masuknya seni budaya dari negara lain menambah corak budaya kesenian di Desa Sendangsari. Pelaku seni di Desa Sendangsari memiliki kemampuan mengadaptasi sebuah kesenian secara otodidak yang baik, hal ini dapat terlihat dari sering tampilnya kesenian barongsai di Klenteng Semarang maupun di tempat-tempat lainnya di Jawa Tengah. Sekali pementasan dengan durasi 30 menit hingga 1 jam biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 750.000.

e.       Melukis Topeng

Melukis topeng yang biasanya digunakan tari lengger sesuai kreatifitas dan inovasi masing-masing individu. Masing-masing karakter dalam topeng tersebut tergantung dengan lukisan yang ada pada topeng tersebut. Kita dapat melatih kreatifitas tanpa meninggalkan seni tradisional dengan cara melukis topeng. Topeng tersebut dapat kita lukis sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kita nanti akan disediakan topeng kosong yang belum dilukis dan cat untuk melukis topeng tersebut. Memerlukan biaya Rp 30.000/orang.

f.       Rodad

Rodad merupakan kesenian dengan gerakan pencak silat dengan diiringi alat musik terbang dan bedug, serta syair lagu menurut nama jurus pencak silat  yang dimainkan. Rodad ini dimainkan oleh 10 hingga 15 orang. Biaya yang harus dikeleuarkan sebesar Rp. 750.000 dengan durasi 30 menir hingga 1 jam.

g.      Pawiyatan

Pawiyatan Budaya Jawi Desa Sendangsari atau bisa disebut dengan Pesta Rakyat, Festival Sendangsari ataupun Merdi Desa merupakan salah satu usaha dari Desa Sendangsari dalam melestarikan kebudayaan jawa dan ritual undhuh-undhuhan di malam hari yang masih melekat di tradisi masyarakat. Selain itu, juga sebagai wadah untuk seluruh pelaku kesenian yang ada di Desa Sendangsari dalam menampilkan kesenian masing-masing kelompok kesenian sehingga sesuai dengan rintisan awal Desa Sendangsari sebagai Desa Wisata di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo.



c)      Potensi dan Daya Tarik Kuliner


-          Tempe Kemul

-          Brondong



d)     Potensi dan Daya Tarik Buatan


a.       River Tubing

Kita dapat menikmati petualangan seru dan aman dalam menyusuri sungai melewati dua jalur yaitu jalur Wanganaji dan jalur Serayu. Kita akan merasakan dinginnya air sungai dengan menaiki ban karet yang telah disediakan, lalu bersama-sama menyusuri sungai dengan arus yang cukup ekstrim sehingga dapat menguji adrenalin. Selain arus yang cukup ekstrim, adrenalin kita akan diuji oleh banyaknya batu yang menghadang di sepanjang perjalanan menuju finish karena batu tersebut mungkin saja dapat menyebabkan kita jatuh ke air. Tubing jalur Serayu yang panjangnya kurang lebih 2 km dengan peserta minimal 5 orang dengan biaya Rp 85.000/orang. Dan tubin jalur Wanganaji dengan panjang track kurang lebih 1 km dengan biaya Rp. 40.000/orang.

b.      Sekolah Alam

Di agrowisata Sendangsari pengunjung dapat belajar bagaimana caranya menanam dan memanen tanaman selada air atau kenci yang baik dan benar oleh petani secara langsung. Tanaman selada air atau kenci ini dipilih sebagai objek wisata karena kenci tergolong tanaman dengan produktivitas yang tinggi dan dibudidaya oleh masyarakat setempat. Produktivitas yang tinggi ini yang menjadikan  selada air atau kenci sebagai ciri khas di Desa Sendangsari. Biaya yang harus dikeluarkan untuk panen selada air Rp. 15.000/orang dan tanam padi Rp. 15.000/orang.



c.       Outbound

Outbound berupa permainan-permainan yang dipandu oleh seorang guide. Biaya yang harus dikeluarkan untuk outbond yaitu Rp. 25.000/orang.

d.      Tracking

Tacking merupakan kegiatan berkeliling menyusuri desa Wisata Sendangsari. Objek yang dilewati antara lain Kali Gondang, Kedung Siwuluh, Kedung Pawon, Bukit Katimurah dan Hutan Bambu dengan biaya Rp. 20.000/orang.



5)      Paket Wisata yang Disediakan di Desa Wisata Sendangsari


Sebagai salah satu desa wisata andalan yang ada di Kabupaten Wonosobo, Desa Sendangsari memiliki banyak poetensi wisata yang cukup beragam mulai dari wisata alam, agrowisata, wisata edukasi, wisata kesenian, dan kunjungan Home Industry. Oleh karena itu untuk membantu pengunjung mengalokasikan waktunya ada beragam paket wisata yang ditawarkan .

Berikut beberapa paket wisata sehari yang ditawarkan di desa wisata Sendangsari:

Nama paket
Fasilitas
Jumlah Peserta
Harga
A
· Welcome Dance
· Barongsai
· Kalogondang
· Bukit Katimuruh
· Curug Siwuluh
· Home Industry

Min. 10 Orang
Rp.1.500.000,00
B
· Welcome Dance
· Barongsai
· Kadung Pawon
· Hutan Bambu
· Agrowisata
· Home Industry

Min. 10 Orang
Rp.1.750.000,00
C
· Welcome Dance
· Barongsai
· Hutan Bambu
· Tubing
· Lukis Topeng
· Home Industry

Min. 10 Orang
Rp.1.750.000,00



Selain peket wisata diatas di desa Sendangsari juga menawarkan paket wisata  manarik untuk pelajar dan live in seperti keliling desa di pagi hari yang kemudian dilanjut kegiatan outbond bersama petani seperti membajak sawah menggunakan kerbau, menanam bibit padi hingga kegiatanan memanen hasil pertanian seperti memanen kenci, jagung hingga memanen padi dan kegiatan menarik lainnya dengaan harga yang cukup terjangkau.

Hasil panen seperti kenci dan jagung dapat dibawa pulang oleh pengunjung ke penginapan atau home stay dan kemudian dapat dimasak bersama dengan pemilik penginapan menjadi masakaan seperti pecel sayur kenci yang disiram dengan kuah atau sambal pedas  sedangkan jagung sendiri dapat direbus ataupun dibakar dimalam hari.

Pengurus atau peguyuban desa juga menyediakan  fasilitas wisata seperti tour guide, snack, ambulance dan P3K,gedung serba guna,lapangan, panggung pertunjukan serta home stay. Untuk home stay atau penginapan wisatawan akan tinggal di rumah warga yang sudah disediakan dengan hanya membayar sekitar Rp. 150.000 untuk semalam.


Gambar 4. Berbagai obyek di Desa Wisata Sendangsari


Sumber : instagram.com



Gambar 1. Peta


Sumber : desawisatasendangsari.wordpress.com


Komentar

Postingan Populer